Pasar Papringan 4.93

Banaran, Kelingan, Desa Caruban, Kecamatan Kandangan
Temanggung, 56281
Indonesia

About Pasar Papringan

Contact Details & Working Hours

Details

PASAR PAPRINGAN
Latar Belakang

a. Bambu dan Desa
Bambu memiliki sejarah panjang dalam kehidupan masyarakat desa dan menjadi bagian hidup mereka dari sejak lahir sampai akhir hayat. Sebelum dilarang, dahulu para dukun bayi menggunakan welat (jawa: kulit bambu yang tipis dan tajam) untuk memotong tali pusar dalam proses kelahiran bayi. Selama hidup, bambu merupakan material yang paling sering digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya untuk membuat berbagai peralatan kerja, perabot rumah tangga, dan menjadi material konstruksi untuk membangun rumah. Bahkan, ada saat di mana bambu menjadi material dominan rumah-rumah di desa, di mana struktur bangunan menggunakan bambu bulat, dinding menggunakan anyaman bambu (gedheg), dan ada pula atap yang menggunakan material bambu. Banyak warga desa yang hidup dengan menjadi perajin bambu. Saat seseorang meninggal dunia, masyarakat desa menggunakan batang-batang bambu untuk geladak liang kubur. Oleh karena itu, selalu ada tanaman bambu di area makam desa dan sekelilingnya.Bambu merupakan tanaman yang bukan hanya digunakan untuk konstruksi, namun juga diolah menjadi makanan (rebung). Bambu merupakan jenis tanaman yang hampir tidak memerlukan perawatan dan penanaman ulang. Setelah rumpun bambu tumbuh dan ditebang, tunas-tunas bambu baru akan bermunculan dan tumbuh dengan cepat. Tanah di mana rumpun bambu tumbuh merupakan tanah yang subur. Rontokan daun bambu di sekelilingnya menjadi bahan kompos alami yang sangat baik dan bersifat menggemburkan tanah. Bambu merupakan tanaman dengan usia siap tebang yang relatif pendek, yaitu sekitar 4 tahun. Tidak ada jenis tanaman lain yang menghasilkan material untuk konstruksi dalam usia sesingkat bambu, termasuk pohon/ kayu. Oleh karena itu, bambu menjadi material yang dapat diandalkan di masa depan. Berada di bawah rindangnya rumpun bambu akan terasa sangat menyegarkan. Bukan saja karena teduh, namun juga karena bambu merupakan tanaman penghasil oksigen tertinggi.Namun, kebersamaan yang panjang dalam kehidupan masyarakat desa tampaknya menimbulkan kejenuhan bagi mereka. Apalagi, pandangan masyarakat desa mengenai bambu adalah pandangan mengenai kehidupan desa yang masih sangat sederhana dan terbatas. Meskipun tidak terucap, bagi masyarakat desa pada umumnya bambu dianggap sebagai lambang kemiskinan. Di sisi lain, mimpi masyarakat desa mengenai kehidupan yang maju dan sejahtera terlukiskan dari kehidupan masyarakat kota. Rumah yang baik dianggap rumah yang berdinding tembok atau bata. Rindang dan segarnya rumpun bambu pun lebih dirasakan sebagai tempat yang wingit dan kotor. Karena umumnya terletak di belakang rumah, rumpun bambu justru menjadi tempat sampah. Papringan yang berarti tempat di mana rumpun bambu tumbuh menjadi bermakna negatif, yaitu tempat yang gelap, lembab, kumuh dan biasanya berada di belakang. Papringan menjadi area yang paling rentan tergusur oleh kebutuhan hidup lainnya.

b. Desa Komunitas Masa Depan
Ketika saat ini masyarakat desa mengidolakan kehidupan kota sebagai mimpi kemajuan, masyarakat kota di negara-negara industri justru mulai merindukan ketenangan dan kesederhanaan hidup masyarakat desa. Kehidupan yang sangat materialistik –individualistik telah mulai dirasakan sebagai ketidakseimbangan yang menekan dan melelahkan. Meski pun secara fisik nampak gemerlap, kehidupan industrial memiliki dampak negatif yang luar biasa pada aspek sosial, spiritual dan lingkungan alam. Tekanan hidup, ingatan, daya tarik ketenangan kehidupan pedesaan, kesadaran lingkungan yang semakin tinggi, dan terbukanya peluang untuk tinggal dengan cara baru di desa akibat kemajuan teknologi dan infrastruktur informasi, komunikasi, dan transportasi yang membuka isolasi daerah pelosok, telah mulai memunculkan keinginan banyak orang untuk kembali tinggal di wilayah pedesaan.Desa merupakan jawaban yang sesuai untuk kehidupan di masa depan, di mana kehidupan ideal dirumuskan sebagai sebuah kehidupan saat kita bisa memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan spiritual dengan baik dan hidup dengan cara-cara yang meminimalisasi dampak negatif terhadap alam. Tinggal dalam komunitas kecil di mana sebagian besar kebutuhan hidup dapat terpenuhi dari sumber-sumber terdekat bukan saja akan menekan tingkat emisi karbon, namun juga akan membangun kesadaran akan kemampuan batas daya dukung alam untuk kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.
(skema desa komunitas masa depan)
Sebagai material yang luar biasa, tentunya bambu menjadi material yang akan sangat berguna dalam skenario mimpi desa masa depan seperti yang diuraikan di atas. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya yang serius dan berkelanjutan untuk melestarikan keberadaan kebun-kebun bambu di pedesaan.

Pasar Papringan
Melawan rasa bosan dan perasaan inferior merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Dibutuhkan upaya-upaya dalam memberikan pengetahuan, wawasan, dan kemampuan mengolah bambu menjadi produk dengan nilai tambah yang besar dan memberikan kebanggaan bagi warga desa. Selain itu, dibutuhkan pula endorsement terhadap bambu dan produk-produk bambu dari komunitas yang diidolakan oleh masyarakat desa. Spedagi telah memulai aksi dengan merancang, memproduksi, dan memasarkan Sepeda Bambu. Namun, dibutuhkan upaya yang lebih besar agar proses penggusuran kebun bambu bisa dihambat, dikurangi, atau bahkan dihentikan. Masyarakat diharapkan akan kembali mencintai kebun bambu jika kebun bambu tersebut memberikan manfaat ekonomi bagi mereka, sekaligus memiliki penampilan visual yang lebih indah, dan memberikan kebanggaan bagi mereka.
Pasar Papringan merupakan sebuah upaya untuk memberikan nilai lebih dari kebun bambu dengan memanfaatkannya menjadi pasar produk-produk lokal tanpa merusak kebun bambu itu sendiri. Kebun bambu di Indonesia yang tumbuh berumpun biasanya memiliki ruang-ruang kosong diantara rumpun-rumpunnya dan membentuk ruang dengan suasana teduh. Ruang-ruang kosong tersebut diolah agar lebih bersih dan mudah dibersihkan, serta rumpun bambu dibiarkan tumbuh alami sehingga menjadi pembentuk suasana ruang Pasar Papringan yang unik. Berbeda dengan pasar desa pada umumnya, Pasar Papringan menjual produk-produk lokal yang berkualitas sehingga nilai produk menjadi lebih tinggi dan masyarakat bisa mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih besar. Oleh karena itu, target konsumen Pasar Papringan adalah pembeli dari luar area setempat. Kedatangan mereka bukan hanya sebagai pembeli, namun secara tidak langsung turut membangun rasa percaya diri masyarakat desa lewat produk berkualitas yang dihasilkan.
Pasar Papringan akan digelar sekali dalam tiap selapan (35 hari). Selama tidak digunakan untuk kegiatan pasar, kebun bambu yang ruang-ruang di antaranya diolah supaya dapat menjadi area publik yang mendukung berbagai kegiatan masyarakat desa. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan papringan tidak lagi dianggap tempat yang gelap, lembab dan kotor oleh masyarakat desa, namun menjadi tempat yang bersih dan nyaman digunakan untuk berbagai aktivitas desa sehari-hari.