GPdI Alfa Omega Ketintang 4.21

Ketintang Baru 16 No.25a
Surabaya, 60231
Indonesia

About GPdI Alfa Omega Ketintang

GPdI Alfa Omega Ketintang GPdI Alfa Omega Ketintang is a well known place listed as Church/religious Organization in Surabaya , Pentecostal Church in Surabaya ,

Contact Details & Working Hours

Details

Sejarah Penggembalaan GPdI Alfa Omega di Ketintang Baru, Surabaya
(Dari Gereja ‘Gubug’ ke Gereja ‘Papan’ sampai akhirnya Gereja ‘Batu)
Jalan Ketintang Baru XVI, Surabaya merupakan gang sempit yang hanya bisa dilewati satu jalur mobil
saja. Tetapi siapa yang sangka setiap hari Minggu pagi ada puluhan mobil dan sepeda motor melewati
gang itu, belum lagi para pejalan kaki. Mereka akan beribadah! Diujung gang tersebut, disitulah berdiri
Gereja GPdI Alfa Omega yang megah, yang telah dirintis 40 tahun lalu oleh Bp. Pdt. Hendrik Runtukahu
yang kemudian didampingi isteri tercinta Ibu Pdt. Agnes Maria.
Semuanya diawali pada tahun 1973, 40 tahun silam, di area persawahan dan hanya beberapa langkah
dari rel kereta api berdirilah rumah (lebih mendekati ‘gubug’) yang sangat sederhana yang disebut
dengan Gereja GPdI Ketintang Baru. Dindingnya dari ayaman bambu (gedeg) begitu pula tiang
penyanggahnya. Bukan batang bambu yang lurus sebagai tiang penyanggahnya, tetapi batang bambu
yang bengkok-bengkok. Dan juga bukan anyaman bambu yang rapat dan rapi tetapi anyaman bambu
yang renggang dan masih terlihat berlubang mirip sebuah ‘gubug’. Tak heran bila hujan datang, tampias
tak bisa dielakkan yang menjadikan lantai tanah menjadi becek. Penerangnya? Lampu petromax, lampu
dengan bahan bakar minyak tanah yang diberikan tekanan tinggi lewat pompa tangan dan dengan
menggunakan bohlam dari kaos nilon berwarna putih. Lampu petromax itu digantung ditengah
bangunan dibagian depan dan belakang. Lampu-lampu itu setiap setengah jam sekali harus diturunkan
untuk ditambah tekanan pada tabung minyak tanahnya dengan memompanya kembali. Begitu berkalikali
dalam satu kebaktian. Belum lagi ditambah serunya deru kereta api yang lewat yang akan menutup
semua suara dalam Gereja sehingga membuat pengkhotbah atau pemimpin pujian harus berhenti
sejenak sampai gemuruh dan getaran yang disebabkan oleh kereta api telah lewat.
Sebelum memulai pelayanannya di Ketintang Baru, Pdt. Hendrik Runtukahu yang lahir pada tanggal 29
Juli 1947 di desa Airmadidi – Sulawesi Utara yang merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara dengan
ayah bernama Dayoh Runtukahu yang adalah seorang pegawai Kecamatan, menjadi pengerja di GPdI
Rajawali. Salah seorang siswa tamatan SAB – Beji memberitahu beliau bahwa kakaknya (bernama ibu
Jamin) tinggal di daerah Ketintang Baru. Dengan berbekal informasi tersebut, pemuda Hendrik
Runtukahu dengan tekad yang bulat dalam melayani Tuhan mencoba mencari alamat yang diberikan.
Puji Tuhan, dari pertemuannya dengan keluarga Bp. Jamin yang penuh keakraban dan sukacita,
dimulailah kebaktian ditempat itu.
Tempat ibadahnya berdampingan dengan rumah keluarga Bp. Jamin. Dengan tempaan yang cukup
panjang dan matang sebagai pengerja dibeberapa daerah membuat pemuda Hendrik Runtukahu tidak
mudah patah semangat apa lagi menyerah pada pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Kebaktian
diadakan setiap hari Minggu untuk ibadah umum dan Selasa sore untuk ibadah doa. Sekolah minggupun
mulai dirintis pada hari minggu sore. Jemaat mula-mula yang tercatat hanyalah tiga keluarga yaitu
keluarga Bp. Jamin, keluarga bp. Soejono dan keluarga Bp. Pelealu. Lalu, ajaib, Tuhan tambahkan jiwa - jiwa memenuhi Gereja ‘gubug’ itu: kel. Adam, kel. Hariyadi, kel. Hadi, kel. Koeslani, kel. Soedarnoto, kel. Ibu Sidik, kel. Trimurti, kel. Setyono, dan masih banyak lagi yang datang dan dimenangkan.
Gereja ‘Gubug’ bambu tidaklah bertahan lama. Keadaan yang memprihatinkan itu berjalan selama lima tahun dari tahun 1973 sampai 1978 dimana oleh kemurahan dan perkenanan-Nya dibangunlah Gereja yang lebih baik yang terbuat dari susunan papan tapi masih di tempat semula, dipinggir rel kereta api
dan bentangan sawah.
Pada tahun 1977 Tuhan mempertemukan Pdt. Hendrik Runtukahu dengan seorang pemudi di GPdI
Rajawali, Agnes Maria. Dari pernikahan mereka dikaruniai empat orang anak, yaitu Robert James
Runtukahu, Raymond Steven Runtukahu, Helena Lydia Runtukahu dan Jimmy Pieter Runtukahu.
Keberadaan Gereja ‘papan’ sebagai pengganti Gereja ‘gubug’ tidaklah berlangsung lama, pada tahun
1982 kerangka bangunan gereja harus diangkat dari Ketintang Baru VI menyusuri sepanjang rel kereta
api menuju ketempat yang baru, Ketintang Baru XVI tempat Gereja ‘batu’ sekarang ini. Peristiwa
pengangkatan bangunan gereja ini memiliki kesan tersendiri bagi jemaat terutama Gembala dimana pada saat masa sulit waktu itu Tuhan menunjukkan kemurahan yang luar biasa sehingga pada akhirnya jemaat dapat menempati bangunan Gereja sendiri beserta dengan pastori-nya ditempat sekarang ini.
Di tempat yang baru ini tidak sedikit tantangan yang dihadapi, tidak hanya yang berhubungan dengan lokasi yang rawan banjir dan akses masuk harus melalui halaman rumah penduduk terlebih dahulu tapi juga berkenaan dengan warga sekitar.
Dengan semakin berkembangnya pelayanan pekerjaan Tuhan, maka pada Januari tahun 1987 Tuhan berkenan Pdt. Hendrik Runtukahu untuk meletakkan batu pertama menandai dimulainya pembangunan gedung Gereja dalam bentuk permanen, ‘Gereja batu’.
Dalam perjalanan menuju pengembangan Gereja yang memadai untuk jemaat yang semakin
berkembang, jemaat GPdI Alfa Omega sempat menempati Gedung Graha Pena sebagai tempat Idabah
Raya pertama sedangkan untuk ibadah raya kedua dan kegiatan ibadah lainnya tetap dilakukan di
gedung gereja GPdI Ketintang Baru XVI. Hal ini berlangsung selama tiga tahun dimulai tahun 1999.
Desakan kebutuhan gedung gereja yang lebih besar pada akhirnya membawa keputusan untuk memperluas lahan gereja yang akan digunakan untuk bangunan pastori yang selama ini letak pastori sebagai tempat tinggal Gembala berada disebelah bangunan Gereja. Pada tahun 2003 diputuskan untuk membangun tempat tinggal yang lebih baik untuk Gembala (Pastori) sedangkan bangunan pastori lama dipakai untuk perluasan gedung Gereja.
Perkembangan pelayanan pekerjaan Tuhan yang dipercayakan pada Pdt. Hendrik Runtukahu terus
bertambah besar. Pada tahun 2008 beliau dipercaya Tuhan melalui Majelis Pusat untuk menjadi Gembala bagi jemaat di GPdI Rajawali sedangkan penggembalaan di GPdI Alfa Omega di Ketintang Baru dipercayakan pada Pdt. Runtukahu Jr (Pdt. Robert James Runtukahu) yang merupakan putra sulung Pdt.Hendrik Runtukahu.
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia; bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Roma 11:36
Tim penelusur sejarah GPdI Ketintang
Wagino
Setya Hari Purnomo
Didit Prigastono